KARYA ILMIAH

KARYA ILMIAH

  1. Pengertian Karya Ilmiah

Sering muncul spekulasi bahwa kata “ilmiah”  dalam berbagai aspek seringkali dipandang dengan sesuatu yang terbatas, rumit, milik pihak tertentu dan sulit untuk dilakukan. Temu ilmiah, misalnya terbatas pada ahli-ahli dalam bidang tersebut atau tertentu. Karya ilmiah juga sering dipahami sebagai karya yang dihasilkan oleh pihak-pihak tertentu yang sudah memiliki kaderkeilmuan tertentu pula. Para penulis karya ilmiah biasanya pakar atau ahli dalam suatu bidang tertentu.

Dalam buku yang ditulis Drs.Totok Djuroto dan Dr.Bambang Supriadi disebutkan bahwa karya ilmiah merupakan serangkaian kegiatan penulisan berdasarkan hasil penelitian yang sistematis berdasar pada metode ilmiah, untuk mendapatkan jawaban secara ilmiah terhadap permasalahan yang muncul sebelumnya.

Menurut Jones, dari pengertiannya karya ilmiah dibagi menjadi dua, yakni karya ilmiah dan karya ilmiah popular. Karya ilmiah adalah karangan ilmiah yang ditujukan kepada masyarakat tertentu atau professional yang biasanya nersifat karya ilmiah tinggi. Sedangkan karya ilmiah popular adalah karangan ilmiah yang ditujukan kepada masyarakat mumu.

Menurut Brotowidjoyo, karangan ilmiah adalah karangan ilmu pengetahuan yang menyajikan fakta dan ditulis menurut metolog penulisan yang baik dan benar.

“Suatu karanagn atau tulisan yang diperoleh sesuai dengan sifat keilmuannya dan didasari oleh pengamatan, peninjauan, penelitian dalam bidang tertentu, disusun menurut metode tertentu dengan sistematika penulisan yang bersantun bahasa dan isinya dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya atau keilmiahannya”(Eko Susilo,M,1995:11).

  1. Jenis-jenis

1)      Makalah adalaha karya tulis ilmiah yang menyajikan masalah dengan melalui proses berpikir data di lapangan yang bersifat empiris-objektif. Makalah menyajikan masalah dengan melalui proses berifikir dedukti atau induktif.

Ada dua macam makalah atau kertas kerja:

Makalah riset/makalah referensi/makalah perpustakaan

Riset praktis adalah KTI yang ditulis dengan mencari informasi-informasi yang telah terekam dari mana saja, lalu diolah kembali dengan analisis, sintesis dan interpretasi yang baru.

Riset orijinal atau asli adalah KTI yang membangun pengetahuan baru dan menjadi informasi baru bagi setiap orang dengan telah mengadakan riset praktis terlebih dahulu, yang kemudian diikuti dengan pengumpulan data empiris di lapangan. Ada dua macam riset asli menurut pendekatannya, yaitu yang berpendekatan kuantitatif dan kualitatif.

Riset asli dengan pendekatan kuantitatif

Ditulis menurut pendekatan deduktif-induktif. Artinya secara deduktif penulis merumuskan dugaan-dugaan sementara atau hipotesis setelah didukung dengan penelitian praktis, yaitu pada saat melaksanakan kajian pustaka. Dugaan sementara itu melibatkan variable-variabel yang dapat diukur dan dinyatakan dengan angka-angka. Hipotesis itu lalu diuji dengan empiris dengan bantuam prosedur statistik.

Riset asli dengan berpendekatan kualitatif

Digunakan terutama untuk memahami persoalan sosial atau persoalan yang dihadapi umat manusia dengan membangun sebuah gambaran keadaan dengan kompleks dan holistik dalam bentuk cerita. Di dalam cerita itu pandangan responden dilaporkan dengan rinci, demikian pula dengan latar alamiah tempat data diperoleh. KTI riset kualitatif dikembangkan secara induktif. Pandangan responden menjadi komponen yang sangat dominan dalam substansi KTI riset kualitatif. Hal ini berbeda dari substansi KTI riset kuantitatif yang dicetuskan dari identifikasi dan rumusan masalah yang dibuat oleh peneliti.

Makalah kritis

Dalam kajian ilmiah, kritis berarti tindakan untuk membuat keputusan yang dapat memilah-milahkan, menilai, atau membuat interpretasi tentang kejadian atau sebuah karya dalam dunia seni, sastra, filsafat, sosial, sains dan sebagainya. Tidak jarang makalah kritis adalah makalah yang kontroversial karena makalah kritis itu memberi evaluasi atas sebuah karya. Tidak selamanya pencipta karya dan pendukungnya dapat menerima evaluasi yang kurang menyenangkan. Untuk menghindari kontroversi yang tak sehat, penulis perlu jujur secara intelektual; menghindari ungkapan-ungkapan yang emosional; tidak menyampaikan informasi yang hanya benar sebagian, dan menjaga jalan pikiran dengan teratur.

2)      Kertas kerja seperti halnya makalah adalah juga karya tulis ilmiah yang menyajikan sesuatu berdasarkan data di lapangan yang bersifat empiris-objektif. Analisis dalam kertas kerja lebih mendalami dari pada analisi dalam makalah.

3)      Skripsi adalah karya tulis ilmiah yang mengemukakan pendapat penulis berdasarkan pendapat orang lain. Pendapat yang diajukan harus didukung oleh data dan fakta empiri-objektif, baik berdasrkan penelitian langsung (observasi lapangan, atau percobaan di laboratorium), juga diperlukan sumbangan material berupa teman baru dalam segi tata kerja, dalil-dalil, atau hokum tertentu tentang salah satu aspek atau lebih bidang spesialisasinya.

4)      Tesis adalah karya tulis ilmiah yang sifatnya lebih mendalam dibandingkan dengan skripsi. Tesis mengungkapkan pengetahuan baru yang diperoleh dari penelitian sendiri.

5)      Disertasi adalah karya tulis ilmiah yang mengemukakan suatu dalil yang dapat dibuktikan oleh penulis berdasarkan data dan fakta yang sahih (valis) dengan analisis yang terinci. Disertasi ini berisi suatu temuan penulis sendiri yang berupa tmuan orisinil. Jika temuan orisinil ini dapat dipertahankan oleh penulisnya dari sanggahan penguji, penulisannya berhak menyandang gelar doctor (S3).

  1. Ciri-ciri karya ilmiah

Karya ilmiah mempunyai beberapa ciri yaitu sebagai berikut:

  1. Kejelasan : artinya semua yang dikemukakan tidak samar-samar, pengungkapan maksudnya tepat dan jernih.
  2. Kelogisan : artinay keterangan yang dikemukakan masuk akal.
  3. Kelugasan : artinya pembicaraan langsung pada hal pokoknya.
  4. Keobjektifan : artinya semua keterangan benar-benar actual, apa adanya.
  5. Keseksamaan : artinya berusaha untuk menghindari diri dari kesalahan atau kehilafan betapapun kecilnya.
  6. Kesistematisan : artinya semua yang di kemukakan disusun menurut urutan yang memperlihatkan kesinambungan.
  7. Ketuntasan : artinya segi masalah dikupas seacra mendalam dan selengkap-lengkapnya.
  1. Syarat-syarat karya ilmiah

Suatu karangan dari hasil penelitian, pengamatan, ataupun peninjauan dikatakan ilmiah jika memenuhi syarat sebagai berikut :

  1. Penulisannya berdasarkan hasil penelitian;
  2. Pembahasan masalahnya objektif sesuai dengan fakta;
  3. Parangan itu mengandung masalah yang sedang dicari pemecahannya;
  4. Baik dalam penyajian maupun dalam pemecahan masalah digunakan metode tertentu;
  5. Bahasa yang digunakan hendaklah benar, jelas, ringkas, dan tepat sehingga tidak terbuka kemungkinan bagi pembaca untuk salah tafsir (dihindarkan dari penggunaan bahasa yang maknanya bersifat konotasi/ambigu).

Melihat persyaratan di atas, seorang penulis karangan ilmiah hendaklah memiliki ketrampilan dan pengetahuan dalam bidang :

  1. Masalah yang diteliti
  2. Metode penelitian
  3. Teknik penulisan karangan ilmiah
  4. Penguasaan bahasa yang baik
  1. Ragam Ilmiah

Bahasa ragam ilmiah merupakan ragam bahasa berdasarkan pengelompokkan menurut jenis pemakaiannya dalam bidang kegiatan sesuai dengan sifat keilmuannya. Dalam penggunaanya, ragam ilmiah harus memenuhi syarat diantaranya benar (sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia baku), logis, cermat dan sistematis.

Adapun ciri-ciri yang terlihat pada ragam ilmiah, antara lain, seperti berikut ini:

Pertama, baku. Struktur bahasa yang digunakan sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia baku, baik mengenai struktur kalimat maupun kata. Demikian juga, pemilihan kata istilah dan penulisan yang sesuai dengan kaidah ejaan.

Kedua, logis. Ide atau pesan yang disampaikan melalui bahasa Indonesia ragam ilmiah dapat diterima akal.

Ketiga, kuantitatif. Keterangan yang dikemukakan pada kalimat dapat diukur secara pasti.

Keempat, tepat. Ide yang diungkapkan harus sesuai dengan ide yang dimaksudkan oleh pemutus atau penulis dan tidak mengandung makna ganda.

Kelima, denotatif yang berlawanan dengan konotatif. Kata yang digunakan atau dipilih sesuai dengan arti sesungguhnya dan tidak diperhatikan perasaan karena sifat ilmu yang objektif.

Keenam, runtun. Ide diungkapkan secara teratur sesuai dengan urutan dan tingkatannya, baik dalam kalimat maupun dalam alinea atau paragraf adalah seperangkat kalimat yang mengemban satu ide atau satu pokok bahasan.

  1. Perbedaan makalah dan kertas kerja

Makalah sebenarnya sama dengan kertas kerja. Perbedaannya adalah kertas kerja itu dikerjakan dengan lebih serius dibanding makalah, dan disampaikan di forum-forum ilmiah maupun praktisi yang lebih besar. Makalah lebih banyak ditulis oleh siswa dan mahasiswa dalam mengerjakan tugas-tugas sekolah. Biasanya makalah atau kertas kerja ditulis setebal 15 halaman, walaupun ada juga makalah yang setebal 30 halaman. Artikel ilmiah adalah makalah atau kertas kerja yang dipublikasikan di jurnal.

  1. Perbedaan Skripsi, Tesis dan Disertasi

Skripsi, tesis dan disertasi adalah KTI dalam suatu bidang studi yang masing-masing ditulis oleh mahasiswa program S1, S2 dan S3. Perbedaan ketiganya secara relatif disebabkan oleh kedalaman, keluasan, dan sifat temuan yang lebih asli atau kurang asli, serta kekritisan dalam membahas pendapat orang lain.

Temuan pada disertasi dituntut lebih asli dibanding temuan pada tesis dan skripsi. Demikian pula, temuan pada tesis diharapkan lebih asli dibanding temuan pada skripsi.

Disertasi dituntut untuk sangat kritis dalam membahas temuan-temuan atau teori-teori yang lain, dan dapat secara tegas menunjukkan posisinya ketika membahas dan mengevaluasi temuan-temuan lain sebelumnya.

Disertasi itu biasanya wajib mengemukakan suatu dalil yang dapat dibuktikan oleh penulis berdasarkan data dan fakta yang sahih (valid) dan dengan analisis yang terinci.

  1. Persamaan skripsi, tesis dan disertasi

Skripsi, tesis dan disertasi adalah KTI yang merupakan riset asli. Skripsi, tesis dan disertasi ditulis dengan terlebih dahulu melakukan riset praktis atau kajian kepustakaan. Karena ketiganya merupakan laporan penelitian lapangan dengan cara mengumpulkan data empiris dari lapangan, ketiganya juga merupakan KTI riset asli.

  1. Perbedaan Skripsi, tesis dan disertasi dengan makalah dan kertas kerja

Skripsi, tesis dan disertasi berbeda dari makalah biasa karena ketiganya perlu dipertahankan di hadapan dewan penguji, dan penulisannya mendapatkan pembimbingan.

  

Yang terpenting dan tidak boleh dilupakan di penulisan ilmiah adalah bahasa ilmiah

Bahasa Ilmiah

Karya tulis ilmiah harus menggunakan bahasa ilmiah, yakni bahasa resmi yang digunakan dalam bidang keilmuan. Bahasa keilmuan tentu bukan bahasa pergaulan sehari-hari atau bahasa populer yang disajikan di berbagai media. Karena karya ilmiah terbatas pembaca dan medianya, maka bahasa yang digunakannya lebih terbatas pula, mungkin hanya dipahami oleh mereka yang memiliki bidang keilmuan yang sama.

Secara umum, bahasa ilmiah adalah bahasa Indonesia yang baku (resmi) dan mengandung hal-hal teknis yang sesuai dengan bidang keilmuannya. Bahasa yang demikian memiliki karakteristik-karakteristik berikut.

  1. a) kencedekiaan.

Bahasa karya ilmiah harus mengandung sebuah bidang keilmuan (cendekia) melalui pertanyaan yang tepat.

  1. b) lugas dan jelas

Bahasa karya tulis ilmiah harus disajikan dalam bahasa yang memiliki makna yang jelas, tidak bertele-tele dan tidak bermakna ganda. Bahasa yang digunakan harus pasti dan memberikan kepastian kepada pembaca.

  1. c) formal dan objektif

Bahasa karya tulis ilmiah harus disajikan secara formal, baik dalam hal penggunaan kosakata, diksi, kalimat, dan sistem ejaaan yang digunakan. Objektif berarti menyajikan fakta dalam bahasa yang langsung dan tidak berpihak kepada siapapun.

  1. d) Ringkas dan padat

Bahasa karya tulis ilmiah harus disajikan secara tingkas, langsung pada sasaran yang dimaksud, dan padat secara isi. Dalam karya tulis ilmiah panjang uraian tidak menentukan baik-buruknya sebuah karya tulis. Oleh karena itu, bahasa yang disajikan harus bahasa yang ringkas dan padat.

  1. e) Konsisten

Bahasa yang konsisten adalah bahasa yang stabil dan mapan dipakai penulis, terutama dalam hal istilah atau penggunaan diksi. Konsistensi isilah dan diksi penting dalam karya ilmiah.

Aspek bahasa yang juga harus diperhatikan dalam penulisan karya ilmiah adalah terdapat berbagai kesalahan yang dilakukan, misalnya kesalahan penalaran atau logika yang tercermin dalam kalimat dan isi, kesalahan pemakaian dan penulisan kata (diksi), kesalahan dalam penyusunan kalimat dan kesalahan dalam pemakaian ejaan dan tanda baca. Kesalahan-kesalahan tersebut tentu harus dihindari mengingat akan berpengaruh terhadap isi karya itu dipahami para pembacanya. Kesalahan penalaran dan logika bisanya terjadi karena kurang sistematisnya atau kurang jelasnya informasi yang disampaikan dalam kalimat dan teks tersebut.

Langkah-langkah penyusunan karya ilmiah

Maxine Hairston (1986: 6) menyebutkan bahwa tulisan yang baik itu harus bersifat signifikan, jernih, ekonomis, bersifat membangun, dan gramatik (good writing is significant, clear, unifiel, economical, developed, and grammatical). Tentu ini syarat umum dalam sebuah tulisan, mengingat tulisan itu harus dibaca orang. Tulisan memang harus berkaitan (signifikan) dengan suatu permasalahan yang menarik. Kalau tidak, tulisan tersebut tidak akan dibaca. Tulisan juga harus jernis, tidak tendensius, karena unsur subjektif tidak terlalu disenangi para pembaca. Tulisan juga harus ekonomis agar pembaca tidak jenuh saat membaca. Tulisan pun harus bertatabahasa karena itu mencerminkan logika bahasa yang dipakai penulis.

Untuk mendapatkan tulisan yang baik, diperlukan strategi dan langkah-langkah penulisan karya ilmiah secara sistematis. David Nunan (1991) dalam Syihabuddin (2006) merinci tahapan dalam menulis, yakni tahap prapenulisan, tahap penulisan dan tahap revisi atau perbaikan tulisan. Kegiatan-kegiatan ini untuk menunjukkan bahwa menulis membutuhkan proses yang berkesinambungan. Pada tahap prapenulisan, kita harus menyiapkan beberapa hal yang mendukung terciptanya tulisan, pada tahap penulisan penulis berfokus pada hasil berupa draf tulisan, dan pada saat pascapenulisan fokus penulis diarahkan pada perbaikan tulisan.

McCrimmon (1984:10) menjelaskan bahwa proses menulis terdiri atas tiga tahap, yakni perencanaan, membuat draf, dan merevisi. Perencaan berkait erat dengan bagaimana kita memulai menulis. Demikian pula, bagaimana kita menggunakan memori untuk kepentingan menulis. Membuat draf artinya membuat garisbesar tulisan. Merevisi artinya  meneliti kembali tulisan agar tidak mengandung kesalahan yang membuat tulisan itu tidak baik.

Dalam hal gagasan, DePorter (1999:181) menyebutkan bahwa pengelompokkan (clustering) adalah salah satu cara memilah gagasan-gagasan dan menuangkannya ke atas kertas secepatnya, tanpa pertimbangan. Hal ini dilakukan dengan beberapa tahap:

  1. Melihat gagasan dan membuat kaitan antara gagasan.
  2. Mengembangkan gagasan yang telah dikemukakan.
  3. Menelusuri jalan pikiran yang ditempuh otak agar mencapai suatu konsep.
  4. Bekerja secara alamiah dengan gagasan-gagasan tanpa penyuntingan atau pertimbangan.
  5. Memvisualisasikan hal-hal khusus dan mengingatnya kembali dengan mudah.
  6. Mengalami desakan kuat untuk menulis.

Dalam rangka menghindari hambatan-hambatan yang dialami saat menulis, DePorter (1999:187) memberikan kiat-kiat, yakni:

  1. pilihlah suatu topik
  2. gunakan timer untuk jangka waktu tertentu.
  3. Mulailah menulis secara kontinu walaupun apa yang Anda tulis adalah ―Aku tak tahu apa yang harus kutulis‖.
  4. Saat timer berjalan, hindari:

Pengumpulan gagasan

Pangaturan kalimat

Pemeriksaan tata bahasa

Pengulangan kembali

Mencoret atau menghapus sesuatu

  1. Teruskan hingga waktu habis dan itulah saatnya berhenti.

Proses menulis tidak selalu mengikuti panduan di atas, adakalanya seseorang memiliki cara atau strategi tertentu. Hal in dapat dibenarkan sepanjang tujuannya sama menghasilkan tulisan yang baik. Banyak penulis yang tidak mau terikat oleh panduan-panduan yang dianggapnya membelenggu. Sebagai sebuah proses kreatif menulis memang tidak selalu dapat diatur dan diurutkan berdasarkan hal-hal di atas, namun juga terdapat spontanitas dan improvisasi yang memiliki posisi penting dalam kreatif menulis. Namun demikian, setiap gagasan atau ide tidak selalu mudah diingat oleh penulis. Oleh karena itu penulis dengan gaya yang dimilikinya tetap harus mencatat ide-ide itu supaya tidak lupa. Cara yang paling mudah dilakukan adalah dengan membuat rancangan tulisan atau membuat peta pikiran dari calon tulisan yang hendak kita buat. Mungkin rancangan dan peta pikiran

tersebut tidak harus formal dan lengkap, hal ini sekadar membantu agar gagasan tidak menguap dan siap dirangkai pada saat menulis.

   Anggota kelompok:

  • Alief Fajar Setyono
  • Listianto Tri Bowo
  • Noviyanto Pratama
  • Agustinus Keo
  • Rizki Fathurrahman

SUMBER

http://file.upi.edu/Direktori/FPBS/JUR._PEND._BHS._DAN_SASTRA_INDONESIA/196606291991031-DENNY_ISKANDAR/Materi_Karya_Tulis_Ilmiah.pdf

http://www.slideshare.net/fiqhrimp/makalah-tentang-karya-ilmiah?related=2

http://www.fali.unsri.ac.id/index.php/menu/42

https://iyor.wordpress.com/2011/04/10/bahasa-indonesia-2-karangan-ilmiah/

Dwiloka, Bambang & Riana,Rati.2001. Teknik Menulis Karya Ilmiah. Jakarta:Rineka Cipta